Meningkatkan perekonomian warganya, desa harus mampu mengidentifikasi potensi yang ada. Cukup satu potensi, jika dapat dioptimalkan, maka akan mendongkrak kesejahteraan warga. Hal ini dikatakan Wakil Bupati Kubu Raya Hermanus di sela kegiatan pelatihan manajemen BUMDesa di Kubu Raya, Rabu (4/7). Hermanus meminta aparatur desa dan pengelola BUMDesa melakukan identifikasi dan inventarisasi potensi-potensi desa yang bisa dikelola.
\“Setiap desa kini ditantang untuk dapat mewujudkan apa yang disebut one village one product. Satu desa harus mampu menampilkan satu produk. Jadi tidak usah berpikir ribet. Satu produk saja, jika mampu dikembangkan apalagi dari hulu sampai ke hilir, akan sangat-sangat luar biasa,” ujarnya menerangkan.
\Hermanus menjelaskan kesuksesan penerapan program satu desa satu produk akan berkorelasi pada peningkatan perekonomian masyarakat. Karena itu, ia meminta Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) tampil aktif sebagai motor penggerak. Adapun kepala desa dan perangkatnya hanya sebatas memfasilitasi. Untuk memulai itu semua, Hermanus meminta para pengurus BUMDesa untuk segera menyusun business plan atau rencana usaha.
\“Sejumlah desa BUMDesa-nya ternyata belum melakukan langkah penyertaan modal. Salah satu sebabnya karena pengurus belum bisa membuat business plan. Juga ada yang belum membentuk BUMDesa karena alasan yang sama. Lalu bagaimana bisa meyakinkan kades untuk penyertaan modal?” ujarnya.
\Lebih jauh Hermanus menilai BUMDesa menjadi tulang punggung dalam upaya menuju desa mandiri. Ia menyebut potensi desa saat ini sangat besar. Hanya saja belum setiap desa mampu mengidentifikasi potensi itu. Padahal, menurutnya, pemerintah sudah memberi peluang. Di mana kewenangan desa termasuk anggaran dana desa kini sangat besar.
\“Kalau dirata-ratakan (dana) per desa kini sudah mencapai Rp 1,5 miliar. Itu bisa digunakan untuk menggerakkan perekonomian. Tinggal bagaimana pengurus dapat menyampaikan business plan kepada kades. Ini harus disusun dengan melibatkan semua pihak terkait termasuk pendamping lokal desa dan berkonsultasi dengan kades selaku owner atau pemilik BUMDesa. Sehingga ketika sudah deal tidak ada persoalan,” tuturnya.
\Hermanus menyatakan banyak desa di Indonesia yang sudah menunjukkan kesuksesan dalam mengelola BUMDesa. Sehingga telah tampil sebagai penyumbang dalam pendapatan asli desa (PADesa).
\“Bagaimana ada desa yang mampu memberikan profit hingga Rp 5 miliar/tahun. Sehingga gaji pengelolanya mencapai Rp 15 juta/bulan. Mengalahkan gaji bupati. Ini karena kemampuan mereka mengelola BUMDesa. Di desa ada peluang-peluang yang bisa dikelola. Setiap desa pasti punya keunggulan. Tinggal bagaimana mengembangkannya,” ucapnya. “Kuncinya adalah para pengurus. Jaga kepercayaan yang diberikan sehingga BUMDesa mampu menjadi salah satu sumber peningkatan PADesa. Saat ini sebagian besar desa masih bergantung bantuan dana dari pemerintah,” tambahnya lagi. (rio)
Last Update: Jul 06, 2018 / 15:17 PM